Thursday, April 18, 2013

Mencari Rumah Idaman

Alkisah…
Seorang pemuda ingin membeli rumah impiannya


Puluhan kompleks, apartemen hingga perkampungan sudah ia datangi
Dari satu makelar ke makelar lainnya...dari satu kota ke kota lainnya
Tidak mudah memang mencari rumah yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan sang pemuda

Kalaupun ada yang sesuai dengan kriteria, sang pemuda harus mengantri di deretan waiting list para calon pembeli. Ada pilihan lain yang lumayan cocok dengan seleranya, tetapi sayangnya harga masih belum memungkinkan untuknya yang masih cockroach headache (baca: kroco mumet) 
Simulasi antriannya

Hingga suatu saat, seorang makelar datang. Makelar ini memang sudah cukup lama mengenal si pemuda. Jadi jika bicara masalah selera...tentunya pria punya selera #hilangfokus hahaha...Maksud saya jika bicara masalah spesifikasi rumah idaman idaman si pemuda, makelar ini sudah tahu bocoran kisi-kisi nya lah.

Sang Makelar pun menawarkan sebuah rumah, Lokasinya cukup strategis, bersebelahan dengan Masjid, dan cukup dekat dengan kantor si pemuda. Mungkin dengan sedikit jalan kaki, naik bis, ojek dan kereta bisa langsung sampai ke hadapan sang security kantor #lhaa jauh dong :D

Dan jangan tanya masalah teknologi, ibaratnya bila dibandingkan dengan rumahnya tony stark, ya menang jauh tony stark lah saudara-saudara... itu kan film.. bukan dunia nyata. Nah, untuk ukuran dunia nyata, rumah ini lumayan lah, dibangun oleh developer yang terkenal meahirkan komplek-komplek unggulan dan sangat ramah lingkungan. Rumah ini juga tampaknya akan sangat cocok untuk perkembangan anak-anaknya nanti. Plus yang terpenting, dari segi biaya pun cukup ekonomis dan menjanjikan.

Kalo ini rumahnya si Tony..bonus cw cakepnya 1 orang si Pepper Potts :p

Maka dibuatlah janji dengan makelar tersebut, dimana si pemuda sudah menyatakan minatnya walaupun belum memberikan persekot atau panjer. Mengenai waktu dealnya, nanti si pemuda akan menghubungi lagi secepatnya.

Sayangnya hari demi hari, sang pemuda malah terlena dengan kesibukannya. Posisinya sebagai pegawai senior membuatnya lupa dengan keinginannya untuk membeli rumah tersebut. Hingga suatu ketika, sang makelar menanyakan jadi atau tidaknya akad jual beli ini. 

Untuk itu, sang pemuda kemudian meminta waktu untuk berfikir ulang. Dikunjungi kembali rumah tersebut. Kondisinya masih sangat baik, sama seperti saat pertama kali ia kesana. Tak banyak yang berubah, bahkan malah sedikit upgrade di sana sini.

Setelah berjam-jam duduk di teras, si pemuda kemudian bangkit dan berjalan keluar. Ia sudah memutuskan, rumah ini tidak jadi ia ambil. Ia tahu, rumah ini memang sesuai dengan kriteria rumah idamannya dan tidak akan mudah untuk menemukan rumah seperti ini lagi.

Makelar pun kecewa, ia bertanya-tanya, mungkin ia terlalu terburu-buru mengingatkan sang pemuda. Mungkin sang pemuda malah terbebani dan tidak bisa berfikir jernih. Mungkin jika saja diberikan lagi tambahan tenggat waktu sang pemuda akan berubah fikiran. 

Tetapi jawaban si pemuda sudah bulat, tidak. Si pemuda baru sadar, membeli rumah bukan hanya masalah spesifikasi yang terukur. Rumah ini akan menjadi tempatnya menghabiskan waktu sepulang kerja, tepat beristirahat dari beban-beban dunia yang akan hadir dalam perjalanan hidupnya. Tempatnya bersantai tanpa harus melakukan kegiatan apapun, tempatnya bermain bersama anak-anaknya nanti. Dimana memilikinya bukan hanya sekedar menggugurkan kewajibannya untuk memberikan tempat berteduh bagi keluarganya. Ia butuh faktor lain selain spesifikasi itu.

Ia percaya, faktor lain itulah yang akan mengantarkannya menuju rumah idamannya. Sebagaimana pesan dari Juragan kosan kenalannya "Memilih rumah itu pake hati, kalo kamu merasa nyaman, adem, sejuk, insyaAllah sudah cocok itu, gak usah buru-buru, ojo kesusu reekk"

Sunday, April 14, 2013

Panggilannya Anno


Panggilannya Mano..Atau Anno...Atau kalo versi saya yaitu si Acem..

Memang bukan nama aslinya....nama panggilan aslinya sebenarnya Amelia yang dengan lidah cadelnya ia sebut "Amen".
Ketenaran artis Manohara melatar belakangi panggilan ini. Tentunya sisi baik nya yang kami harapkan ada di bocah ini. Sisi kehancuran rumah tangga sampai sang artis membintangi sinetron geje mudah2an gak ikutan terbawa. (amiinnn ya Allah amiiinnnnn)

Kelahirannya melengkapi formasi 3 bersaudara yang dimiliki oleh paman saya. Menjadikan ia anak paling bontot, paling manja dan paling usil dibandingkan kakak kakaknya.

Sayangnya ia menjadi anak terakhir yang mungkin tidak pernah mengingat seperti apakah Ayahnya. Saat itu otaknya masih terlalu polos untuk mengingat Ayahnya telah meninggal sebelum ia bisa berjalan dengan sempurna. Walaupun saya yakin, salah satu bagian terkecil otaknya akan mengingat bahwa ia pernah dicintai oleh seorang lelaki hingga akhir ajal menjemputnya.

Kehadiran Anno di rumah saya, membawa suasana berbeda..Senyuman, gelak tawa dan kadang "kerusuhan" mulai mewarnai rumah yang sudah mulai ditinggal kerja oleh mantan penghuni ciliknya itu. Kadang pagi hari ia datang sudah mandi, makan dan bau wangi. Seperti pagi itu..Anno datang sudah wangi..
 
 
 
 


Aksinya tentu saja akan membuat siapa saja tertawa... Apabila payung tersebut rusak..Ibu saya (panggilannya mama) akan bertanya padanya .."Siapa yang ngerusakin payung mamaaa??" dan dia dengan polosnya menjawab.."tata itaa"(panggilannya untuk kk saya) yang pastinya akan disambut oleh gelak tawa seisi rumah..

Pernah ada kejadian sedih dimana seorang temannya tidak mau diajak bermain karena akan pergi dengan ayahnya. Sontak Anno pun iri, dia menanyakan ke ibunya, dimana ayahnya. "Ayah Anno mana?" tanyanya dengan suara lirih. Pertanyaan yang menurut istilah kampung saya membuat kencang leher siapapun yang mendengarnya.

Tetapi kini Anno sudah mengerti jawabannya. Ia punya seorang Abi (paggilan ayah untuk om saya) dan seorang Papah (panggilan ayah untuk ayah saya). Selain itu, tak terhitung saudara-saudara yang bersedia dipanggil Ayah, Bapak olehnya.